Satu Indonesia
Perjalanan Penuh Inspirasi
Astra International
Kisah di Balik Kisah
Oleh
Adi Tama
Assalamualaikum, Selamat
ulang tahun Astra International.
Perkenalkan nama saya
Adi Pratama, mengajar di kelas IV SDN Larangan 2 Kota Cirebon. Sekolah yang
terletak di pinggiran kota, memasuki gang sempit, hanya cukup untuk satu becak.
Sekolah tempat saya mengajar bukan sekolah model, bukan juga sekolah unggulan.
Sebagian besar penduduknya ialah pendatang, pedagang kecil dengan status sosial
masyarakat menengah ke bawah.
Semuanya berawal dari
program pembiasaan membaca lima belas menit sebelum pembelajaran dimulai.
Program yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan literasi dasar siswa,
mendekatkan anak-anak pada buku, pada baca dan tulis. Program yang menurut saya
sangat baik untuk membangun insan literat sepanjang hayat. Meningkatkan minat
baca tulis kita yang masih rendah, dan akhirnya bisa membentuk insan yang dapat
berkarya khususnya dalam tulis menulis, umumnya dalam segala hal yang
menghasilkan karya cipta.
Sepenuh hati saya
mendukung program pembiasaan lima belas menit ini, saya mencari buku bacaan
menarik untuk melaksanakan program tersebut, yang saya dapati adalah buku
komik, di mana jelas lebih banyak gambarnya daripada kata-kata atau tulisannya.
Saya kurang puas, terutama ketika anak melaksanakan review di depan kelas, mereka tampak kebingungan antara
mengutarakan tulisan yang mereka baca atau menceritakan gambar yang mereka
lihat. Sejujurnya sekolah saya termasuk sekolah yang ‘miskin’ buku.
Dari sana saya
berangkat menulis, membuat fabel dengan judul ‘Miau Si Putih’. Cerita binatang
dengan mengangkat tokoh utama seekor kucing perempuan cantik, baik, jujur, dan
suka menolong bernama Miau. Alasan lain saya membuat cerita binatang ialah saya
merasa cerita binatang mulai punah, mulai dilupakan atau terlupakan. Saya ingin
mengangkat atau menghidupkan kembali cerita binatang. Buku ini kemudian menjadi
salah satu naskah terbaik dalam kegiatan ‘Diseminasi Nasional Literasi’ yang
diadakan Kemendikbud tahun 2017 bulan Oktober lalu. Alhamdulillah buku yang
saya buat berhasil menarik minat baca awal anak-anak saya di kelas. Mereka
tampak antusias untuk membaca cerita binatang, mendongeng, dan berbagi kisah
yang mereka baca pada saya atau teman lainnya. Hingga kini, setiap hari pada
saat istirahat di sekolah selalu ada yang membaca buku saya, ada yang sambil
tiduran di lantai kelas, ada yang berkelompok berdua, bertiga di satu meja
dengan tangan memegang es plastik yang mereka beli dan jajanan ala sekolah
dasar. Indah melihatnya.
Tanpa menunggu lama,
saat saya melihat semangat anak-anak mulai terbangun, saya fokuskan
pembelajaran kepada menulis, saya ajarkan mereka menulis, saya berikan
pola-pola sederhana membuat cerita fiksi, puisi, serta surat. Hasilnya adalah
sebuah buku indah tercipta dari tangan tangan mungil. Sebuah buku yang lahir
dari siswa-siswi kelas IV sekolah dasar dengan judul Menulislah ‘ Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka. Buku yang mempunyai
banyak sekali kisah kreatif di baliknya. Bisa terbayangkan wajah kebingungan,
keragu-raguan, takut salah anak-anak saat kali pertama ingin menulis, ingin
menuangkan ide, gagasan, imaji, dan kreativitasnya. Sungguh, kisah ini indah.
Lebih dari indah!
Menulislah...
‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka. Sebuah buku sederhana
yang kaya akan makna. Buku hasil kreasi siswa-siswi kelas IV SD. Buku ini
berarti bahwa, saya berhasil mentransfer kemampuan saya, dan siswa berhasil
menyerap sebanyak-banyaknya partikel yang saya berikan. Sebagai seorang guru,
saya tidak bangga jika bisa membuat satu, dua, tiga bahkan jika hingga puluhan
buku tercipta tetapi satu sisi siswa saya tidak bisa menulis. Saya merasa
bangga ketika saya bisa menulis, siswa bisa menulis, ketika saya membuat buku,
siswa-siswi saya juga bisa membuat buku. Sebagai gurunya, saya merasa tidak ada
yang lebih mengagumkan dari terciptanya karya siswa ini.
Menulislah...
‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka. Sebuah buku hasil
coretan pertama siswa-siswi yang masih berusia 8 - 10 tahun. Masih banyak
kesalahan kata, kalimat, atau arti. Kesalahan yang justru akan membuat mereka
tersenyum suatu saat nanti. Kesalahan yang akan membuat mereka bangga jika
melihat lagi tulisannya saat masih kecil dulu. Saat masih duduk di bangku kelas
IV SD, tiap dari mereka sudah pernah membuat lima karya tulis yang begitu indah
dengan kejujuran, kepolosan dan keluguannya. Lima karya tulis yang terdiri dari
dua buah puisi, dua buah cerita fiksi, dan satu buah surat. Lima karya tulis
sederhana yang saya gabungkan, saya ketik ulang tanpa diedit lengkap dengan
scan tulisan asli mereka semua yang masih terlihat jelas bekas tipe-x dan
coretan-coretan salah pulpen mereka. Alhasil sebuah karya dengan tebal 251
halaman menjadi bukti.
Menulislah...
‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka. Sebuah buku yang
punya begitu banyak cerita. Ada banyak sekali proses kreatif yang saya lalui
bersama siswa-siswi. Ada aura energi semangat, senyum ceria, kebingungan,
keraguan, lengkap dengan kesalahannya. cerita yang selalu ada dalam ingatan.
Saya hafal tiap potongan-potongan kejadian yang tebayang di balik proses
kreatif ini. Cerita yang tidak bisa saya ungkapkan semuanya di sini. Cerita
yang mungkin hanya akan bersemayam dalam hati untuk selamanya, untuk saya
pribadi, mudah-mudahan untuk siswa-siswi saya juga. Aamiin ya rabbal alamin.
Salah satu cerita yang
menarik adalah saat proses pembuatan surat. Awalnya, saya mengajak siswa
membuat surat sebagai tabungan ‘menabung karya’. Saya berfikir “Kenapa tidak
saya kirimkan saya ke sekolah lain?”, Biarkan siswa-siswi dari sekolah lain
yang akan membalasnya.” Siang harinya saya umumkan di sebuah group literasi
Kota Cirebon, “Muridku membuat surat. Sekolah mana yang mau kami kirimi surat,
syaratnya balas surat dari kami ya.” Begitu kira-kira kalimat yang saya ucapkan
sepaket dengan foto siswa-siswi yang telah membuat surat. Alhamdulillah banyak
dari teman-teman guru yang merespon positif kegiatan ini, hingga ada banyak
guru yang berkata kegiatan ini menjadi salah satu inovasi pembelajaran yang
menyenangkan untuk para siswa. Di era globalisasi ini, di mana banyak siswa
yang lebih memilih berlama-lama dengan HP mereka, kita bawa kembali pada
kegiatan tulis-menulis, surat-menyurat ala siswa dengan naturalnya. Singkat
cerita, esoknya saya kirim ke lima sekolah yang berbeda.
Surat yang sudah siap,
ditambah amplop yang kami buat sendiri, kami masukan dalam amplop cokelat besar
yang biasa digunakan orang untuk melamar pekerjaan. Saya membawa semua siswa (1
kelas) berjalan menuju kantor POS terdekat. Jarak dari sekolah menuju kantor
POS sekitar 15 menit berjalan kaki, memotong jalan, memasuki gang gang kecil
yang sempit seperti hendak berdemo. Tiba di depan kantor POS tidak lupa saya
mengabadikan moment dengan berswafoto bersama, jari tangan dengan huruf ‘L’
yang berarti ‘Literasi’ dengan senyuman manis di bawah terik matahari menjadi
pilihan gaya kami.
Di dalam kantor POS,
Senyum petugas menyambut kedatangan kami semua, senyum tulus tugas bercampur
dengan aroma sedikit kaget melihat tingkah anak-anak kecil yang baru kali
pertama menginjak dan memasuki kantor POS. Tingkah anak-anak yang malu-malu,
bingung, mereka tampakan lewat tengokannya kepada saya. Saya dan mereka semua
memasuki kantor POS, memilih hanya berdiri di samping anak-anak, membiarkan
mereka bertransaksi sendiri.
“Selamat siang, mau
kirim surat ke mana?” Tanya petugas POS dengan senyumnya. “Ke teman di sekolah
lain.” Jawab salah satu murid saya, Vina namanya. “Boleh di minta amplopnya,
apa ini isinya?” Tanya Petugas lagi. “Isinya surat Bu.” Jawab Fadli yang
berdiri di samping Vina. “Baik, mau paket yang berapa lama, ada yang satu hari
sampai, ada yang dua atau tiga hari.” Petugas POS kembali bertanya dengan
menjelaskan. Kali ini anak-anak tidak langsung menjawab, terlihat mukanya
meminta petunjuk atau pertolongan karena bingung dengan menengok pada saya yang
sedari tadi hanya berdiri sambil memperhatikan di samping mereka. Saya mengerti
komunikasi nonverbal lewat isyarat wajah mereka dengan berkata, “Suratnya mau
pilih dikirim dengan paket yang mana, mau paket yang satu hari sampai atau
paket yang dua hingga tiga hari baru sampai. Kalau paket sehari sampai berarti
besok sudah sampai di tangan teman kita.” Anak-anak terlihat memperhatikan dan
memahami, kemudian Rianti salah satu siswi yang berdiri di depan menjawab,
“Yang satu hari saja Bu.” “Baik, paket yang satu hari biayanya 9000,- rupiah.”
Tak lama Rianti memberikan uang kepada Petugas POS. Uang yang mereka kumpulkan
sendiri pagi harinya di sekolah.
Keseruan terjadi
setelah transaksi selesai, ketika tangan mereka mendapat stempel POS (Cap POS).
Ruangan menjadi ramai, ribut, dengan tawa renyah dan senyum riang mereka.
Masing-masing dari mereka saling menunjukan stempel pos di tangannya. Gaduh,
riuh! Saya hanya tersenyum sambil memberi isyarat maaf dengan tangan kepada
petugas POS yang ikut tersenyum melihat tingkah anak-anak di sana.
Alhamdulillah, mereka petugas POS mengerti mereka adalah anak-anak kecil, yang
di manapun berada akan bermain dengan senangnya, tanpa beban, tanpa masalah.
Mereka adalah anak-anak yang baru pertama mendapat pengalaman baru. Pengalaman
yang mereka dapat karena telah membuat sebuah karya tulis sederhana berupa
surat yang hendak mereka kirimkan. Saya lihat satu per satu sorot mata mereka,
sinar mereka bicara, “Bagi kami, bahagia sesederhana ini.” Bahagianya bak
mendapat cap saat mau masuk dunia fantasi.
Kegiatan surat-menyurat
ini memiliki banyak proses kreatif, membuatnya hanya membutuhkan alat tulis
sehari-hari yang biasa kita gunakan serta tersedia di toko buku atau warung
terdekat seperti kertas lipat, pensil warna, pulpen, amlop, lem dan
lainnya. kegiatan sederhana yang bisa
kita lakukan sebagai guru, mendekatkan anak pada dunia tulis-menulis, melatih
kreativitas dan imajinasinya, mencari sahabat baru di sekolah lain, menjadi
sebuah inspirasi berbagi dalam pengembangan pembelajaran karakter. Ditambah
amplop yang kita buat sendiri, ada segi kreativitas lain tentang seni, atau
amplop yang kita lukis dengan kreasi masing-masing siswa. Melatih bekerja sama,
jujur saat mengumpulkan uang untuk biaya kirim surat di kantor POS. Memberikan
pengalaman baru, pengalaman langsung di lapangan yang menyenangkan dan akan
diingat siswa selama-lamanya.
Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’
Kamu Suka. Sebuah buku hasil karya cipta anak-anak hebat.
Sebuah buku yang menginspirasi kita semua bahwa menulis bisa dimulai sejak kita
duduk di bangku sekolah dasar.
Semoga buku ini menjadi karya tulis
pertama juga sebagai karya pendorong untuk mereka agar terus menggali kemampuan
menulisnya. Semoga mereka semua semakin bisa menuangkan segala ide, gagasannya
dalam bentuk tulisan, serta dapat memberikan keterampilan dasar literasi yang
akan sangat bermanfaat hingga mereka dewasa, sampai tiap dari mereka menjadi
kebanggaan keluarga, penerus perjuangan bangsa.
Saya berdoa dan berharap, semoga
buku ini
menjadi buku yang akan selalu mereka
buka, mereka baca, mereka simpan dan mereka jaga untuk selama-lamanya. Buku
yang akan mereka baca lagi setelah beberapa tahun, atau puluhan tahun dari
sekarang. Buku yang akan membuat mereka tersenyum karena melihat tulisan
tanggannya saat kelas IV SD dulu. Semoga buku Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka, ini menjadi buku yang
mengantarkan mereka semua pada kesuksesannya nanti. Sejauh ini, saya merasa
bangga, terlebih ketika buku hasil karya siswa tercipta, benar-benar
mengagumkan. Semoga semakin banyak terlahir karya-karya lain setelah ini.
Aamiin yra.
Tidak
sampai di sini, saya juga masih mempunyai kendala dalam rangka mengembangkan
program literasi di sekolah, masalah yang utama adalah kurangnya buku bacan menarik,
sekolah saya tidak mempunyai perpustakaan. Kemudian masih banyak siswa kelas
lain yang kurang minat terhadap membaca. Tapi tidak apa, masalah selalu ada
bukan? Saya akan tetap melaksanakan program ini dengan segenap usaha yang saya punya,
semampu-mampunya, sebisa-bisanya saya lakukan.
Lahirnya
buku Menulislah ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu
Suka ini membuat siswa-siwa saya semakin bersemangat terhadap membaca juga
menulis. Energinya merasuk sampai seluruh komponen di sekolah, hingga guru-guru
yang semakin berpacu dalam kreativitasnya, terlihat dari cara mengajar yang
lebih mengacu pada kreativitas siswa, memanfaatkan lingkungan sekitar dan
lainnya.
Langkah
ke depan dalam hal pengembangan literasi di sekolah, saya masih akan terus
menggali, mengembangkan lebih dalam lagi tulisan demi tulisan yang tercipta
dari siswa-siswi tercinta. Saya juga masih tetap menulis atau membuat buku.
Selain itu saya sedang ‘menabung karya’
kegiatan digital di sekolah dalam bentuk video. Selain sebagai dokumentasi, ini
juga sebagai implementasi penerapan literasi digital.
Kisah
sederhana yang saya lalui setiap hari ini tidak terlepas dari kendaraan roda
dua yang saya gunakan lebih dari delapan tahun lamanya. Sebuah sepeda motor
dengan Sparepart Astra yang tetap
menjadi andalan dan dapat diandalkan. Tanpa kehadirannya mungkin akan banyak
kendala yang saya hadapi ketika berangkat atau sedang bekerja sebagai pendidik.
Dalam
rangka memperingati HUT Astra International yang ke-60 saya ucapkan SELAMAT ULANG TAHUN ASTRA INTERNATIONAL
semoga semakin jaya berkibar di bumi Indonesia tercinta. Semakin mampu menjadi
inspirasi dan memberikan berbagai kemudahan yang mendukung setiap gerakan
positif masyarakat Indonesia. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Akhirnya
semoga kisah sederhana ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua, khususnya
semua pendidik di negeri tercinta, Indonesia.
*Lampiran Dokumen Kegiatan
nspiratif, Pak Adi.
BalasHapusSalam kenal! Saya senang sekali membaca kisahnya. Sungguh dedikasi yang tinggi mengajar anak-anak ini. Kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan di kelas Pak Adi ini membuat saya ikut merasa senang.
Sekarang bagaimana kegiatan berkirim suratnya, Pak? Masih jalankah?
Assalamualaikum,
BalasHapusTerima kasih banyak Pak Alma untuk apresiasinya.
Alhamdulillah, sampai sekarang masih terus berjalan kegiatan saling mengirim surat dengan siswa-siswi di sekolah lain.
Sebagai pengembangan literasi, mendekatkan anak-anak dengan baca dan tulis.
Semoga, mohon doanya Pak. agar kegiatan dapat berjalan lancar walau masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Aamiin ya rabbal alamin