Pesan Buku

Untuk pemesanan buku langsung hub >>
Email : aditamacrb@gmail.com /
Whatsapp : 082119801010
Pengiriman luar kota menggunakan JNE / Tiki / Pos
(No. Resi segera dikirim kepada pemesan)

★ SENJA DAN JINGGA SERIES 2

Series 2
Pohon Pisang Ajaib

Malam semakin larut, namun mata Senja tak kunjung terpejam. Rasa kantuk tak jua datang. Senja duduk sendiri di kursi ruang tamu. Fikirannya masih teringat pada ucapan Aro kemarin tentang pohon pisang ajaib di hutan. Rasa penasarannya terus muncul perlahan, semakin besar dan membesar. Rasa ingin tahu lebih tentang mitos cerita pohon ajaib itu datang.

Dalam diamnya Senja berkata, “Aku harus mencari tahu lebih banyak lagi tentang pohon ajaib itu. Aku harus membuktikan sendiri mitos pohon pisang ajaib itu benar atau tidak. Bismillah, mulai besok aku akan berusaha mencari, memanjat dan memakan buah pisang pohon ajaib itu. Semoga harapanku terkabul. Aamiin.”

Tak lama kemudian, Senja beranjak bangkit dari lamunannya, ia mengunci pintu rumah, melihat Ayah dan Ibunya yang sudah terlelap kemudian berjalan masuk dalam kamarnya. Sebelum tidur tak lupa Senja panjatkan doa kepada Tuhan yang maha kuasa.

Pagi datang, sinar mentari terasa menghangatkan alam, birunya langit tampak menghiasi angkasa raya, ayam jantan berkokok mengeluarkan suaranya, ayam betina terlihat berburu cacing di halaman, burung-burung terbang bebas bermain di udara. Senja bersiap berolahraga di depan rumahnya, menggerak-gerakkan tubuhnya sambil berkata tu, dua, tiga, satu, dua, tiga. Berjalan kecil, mengarahkan kepalanya ke samping kiri dan kanan, ke atas dan ke bawah. Sinar mentari pagi terasa menghangatkan badannya. Kegiatan berolahraga pagi memang sudah Senja lakukan setiap hari minggu sedari dulu. Katanya agar tubuhnya tetap sehat dan kuat.

Selesai berolahraga, Senja beristirahat meneguk air minum yang sudah disiapkan sebelumnya. Sambil bersantai ia bicara kecil, “Setelah ini aku akan membantu Ibu menyapu halaman, lalu mandi, sarapan, kemudian setelahnya aku akan mengunjungi Jingga. Aku ingin bertanya, mencari tahu lebih banyak lagi tentang pohon pisang ajaib di hutan.”

Tidak lama setelah menyelesaikan semua tugasnya, Senja berpamitan pada Ibunya, “Ibu, aku akan pergi ke rumah Jingga.”
Ibunya menjawab, “Iya Senja, hati-hati bermainnya, jangan terlalu jauh.”
“Iya baik Ibu.” Senja mendengarkan nasihat Ibunya.

Senja berjalan sendiri ke rumah Jingga. Jarak rumah Jingga tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya sekitar lima menit sampailah Senja.
“Assalamualaikum, Jingga, Jingga sedang apakah kamu.”
Dari dalam rumah terdengar Jingga menjawab salam Senja sambil keluar membuka pintu, “Waalaikumsalam Iya Senja, aku tadi sedang melihat film kartun. Hehe.” Jingga menjawab sembari tertawa ringan.
“Ayo Senja masuk dulu, filmnya seru dan menarik.” Jingga menawari Senja masuk dalam rumahnya.
Senja menuruti ajakan Jingga, menyapa Ibu Jingga yang terlihat sedang memasak, “Assalamualaikum, sedang apa Ibu?”
“Eh ada Senja, silakan masuk. Ibu sedang memasak untuk makan siang Senja.” Jawab Ibu Jingga ramah.

Senja dan Jingga terlihat asik menonton film kartun bersama di ruang tengah. Mereka terlihat tertawa riang menyaksikan film yang mereka lihat. Ibu Jingga datang membawakan minum dan makanan ringan untuk cemilan.
Ibu berkata, “Senja silakan di minum dan di coba makanannya.”
“Terima kasih banyak Ibu.” Senja menjawab senang.
Jingga langsung beranjak dari tidur-tidurannya, mengambil makanan yang di bawakan ibu. Dengan mulut penuh makanan Jingga berucap, “Terima kasih Ibuku sayang.”
Ibu hanya tersenyum melihat tinggah anaknya itu sambil berkata, “Hati-hati makannya Jingga, jangan terburu-buru.”

Film yang mereka lihat usai. Jingga berkata, “Yah, filmnya selesai Senja.” “Hehe, Iya Jingga filmnya selesai.” Senja menjawab pelan tanggannya mengambil minum yang disediakan Ibu Jingga tadi.
“Senja, bagaimana kalau kita main ke lapangan.”
“Baiklah kalau begitu Jingga, mari kita berangkat.” Senja menjawab dengan semangat.

Tak lama Jingga berpamitan pada Ibunya, lalu mereka berdua pergi bermain ke lapangan. Tempat biasa mereka berkumpul dan bermain bersama teman-teman yang lain. Tempat yang berada di pinggir hutan, tempat biasa mereka menghabiskan waktu santainya.

Sesampainya di lapangan, ”Jingga, teman-teman tidak ada. Ke mana mereka semua?” Senja berkata pada sahabatnya.
“Entahlah Senja, mungkin mereka masih di rumahnya. Kita duduk saja di bawah pohon sana.” Jingga  menjawab dan mengajak Senja sambil tetap berjalan menuju pohon yang berada di sisi lapangan. Pohon rindang tempat biasa mereka berbincang atau melepas lelah setelah bermain.

“Jingga, aku masih penasaran dengan yang di katakan Aro kemarin tentang pohon pisang ajaib di tengah hutan. Menurutmu mitos itu benar?” Senja membuka percakapan, ingin tahu lebih dalam tentang pohon ajaib.
“Hmmm. Hehe aku hanya tahu sedikit Senja. Entahlah menurutku itu hanya cerita biasa saja.” Dengan sedikit bingung Jingga menjawab.

“Oh ya Senja, aku tahu di mana tempat pohon ajaib itu, pohonnya memang tinggi tidak seperti pohon pisang biasanya, buahnya rindang, pohon itu dihimpit oleh pohon-pohon besar lainnya. Apakah kamu mau aku antar ke sana?” Jingga bicara lagi, mukanya terihat serius dan bersungguh-sungguh.
“Wah, boleh Jingga. Aku akan mengucapkan banyak terima kasih kepadamu, mungkin ini bisa mengakhiri rasa penasaranku.” Senja bersemangat
“Kapan kita ke sana Jingga?” bertanya ia tak sabar.
“Sekarang juga boleh kalau kamu mau Senja.” Jingga menjawab cepat, tangannya menunjukan isyarat huruf ‘O’ tanda setuju.
“Baiklah kalau begitu, sekarang saja Jingga.” Tangan Senja juga memberikan isyarat setuju dengan mengacungkan simbol ‘O’ yang berarti oke.

Akhirnya Senja dan Jingga pergi menuju pohon pisang ajaib. Mereka mulai memasuki hutan dan terus berjalan. Hutan ini memang sudah tidak asing lagi untuk mereka. Mereka sudah terbiasa keluar masuk hutan, termasuk saat ingin mengambil air di sungai, mencari tumbuhan obat atau juga mencari kayu kering.

Sekitar dua puluh menit perjalanan Senja dan Jingga sampai dekat pohon pisang ajaib yang diceritakan.
Jingga lalu menunjukannya pada Senja. “Senja itu pohon ajaib yang diceritakan banyak orang, termasuk Aro kemarin.” Tangannya menunjuk ke arah pohon ajaib itu.
Senja tampak masih terpukau, ia berkata pelan, “Iya Jingga pohonnya memang tinggi sekali, tidak seperti pohon pisang pada umumnya. Tingginya mungkin dua kali lipat dari biasanya, buahnya juga banyak, sudah masak semua kelihatannya.” mencoba mengungkapkan apa yang dilihatnya pada Jingga.
Jingga hanya tersenyum kecil pada Senja, sesaat terdiam lalu berlari mengambil buah pisang di pohon sebelahnya yang lebih kecil. “Ini untukmu Senja.” Tangannya menyodorkan buah pisang yang baru saja diambilnya.
“Terima kasih banyak Jingga.” Senja mengucapkan terima kasih sambi mengambil pemberian Jingga sahabatnya itu.

“Hmm enak sekali buah pisang ini Jingga. Benar-benar enak rasanya” Senja bicara.
“Iya Senja, buahnya memang enak dimakan. Aku penasaran bagaimana rasa buah pisang dari pohon ajaib itu?, pasti jauh lebih enak lagi.” Jingga menjawab sambil melamun menatap pohon pisang ajaib di depannya.

Tak terasa sore mulai datang, waktu terus berjalan dengan iramanya. “Jingga, hari sudah mulai sore, mari kita pulang.” Berkata Senja mengajak Jingga. “Baiklah Senja, ayo kita pulang.” Jingga menjawab singkat.
“Terima kasih banyak ya Jingga, kamu sudah mengantarkan aku ke sini.” Senja berkata lagi, matanya melirik ke arah Jingga yang berjalan di sampingnya.
“Iya Senja, sama-sama. Kita memang harus saling berbagi dan membantu sesama.” Jingga menjawab santai dengan senyum tulusnya. Senja tersenyum mendengarkan.

Mereka berdua pulang ke rumah masing-masing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  GAMBARAN DIRI GURU PENGGERAK TIGA TAHUN KE DEPAN   Jika disederhanakan dalam dua kata saya ingin terus BELAJAR dan BERBAGI.   As...