Pesan Buku

Untuk pemesanan buku langsung hub >>
Email : aditamacrb@gmail.com /
Whatsapp : 082119801010
Pengiriman luar kota menggunakan JNE / Tiki / Pos
(No. Resi segera dikirim kepada pemesan)

★ MIAU SI PUTIH Series 2

MIAU SI PUTIH

Series 2
Miau Mencari Pohon Ajaib

Matahari pagi tersenyum cerah pancarkan sinarnya, udara pagi terasa segar. Angin berhembus sepoi-sepoi menyapa memberikan ketenangan, burung-burung terlihat bersemangat bermain di udara.

Pagi itu Miau sudah terbangun dari tidurnya, Ia sedang membantu Ibu membersihkan rumah. Mencuci piring, menyapu rumah dan halaman depan. Adiknya Snow terlihat sedang asik melihat film kartun di Tv.

“Adik bangun dulu sebentar, aku mau menyapu” kata Miau kepada Adiknya Snow yang sedang bersantai.
“Ih Kakak mengganggu saja, baiklah Kak cepat ya menyapunya, Filmnya lagi seru nih” Adiknya Snow menjawab.
“Oh ya Kak, nanti Adik yang akan mencuci piring setelah makan siang ya? Snow juga mau membantu ibu” Snow berkata.
“Iya Adikku Snow, kita berbagi tugas saja. Kita memang harus membantu Ibu.” Miau menjelaskan

Ibu terlihat sudah bersiap akan pergi bercocok tanam ke ladang.
“Miau, Snow, Ibu berangkat ke ladang dulu. Kalau main jangan jauh-jauh ya, jangan lupa rumahnya dikunci, dan kuncinya simpan di tempat biasa.” Ibu berpesan.
“Iya Bu.” Jawab Miau dan Snow kompak.

Setelah selesai membantu Ibu membersihkan rumah, Miau berpergi bermain ke lapangan. Adiknya sedang bermain masak-masakan bersama temannya di depan rumah.
Sampai di lapangan Uni Si kuning, Tami Si hitam manis, Elang Si belang dan Aro Si kucing garong sudah berkumpul. “Hai, semua,” sapa Miau.
“Halo Miau,” jawab teman-temannya.
“Miau, mau ikutan tidak? Kita akan bermain Engklek,” ajak Uni.
“Ya aku mau ikut” Miau menjawab.
Sementara itu Elang sibuk membuat garis kotak untuk mereka bermain. “Oke teman-teman, garis kotak-kotak sudah selesai, mari kita bermain.” Elang berucap.

         Akhirnya, Miau, Uni, Tami, dan Elang dengan senang bermain Engklek salah satu permainan tradisional. Setiap dari mereka lompat-lompat dengan kaki mengangkat satu masuk ke dalam garis kotak yang Elang buat. Mereka bermain dengan senang dan gembira.
Saat itu Aro tidak ikut bermain Engklek, Ia lebih memilih duduk santai di atas pohon sambil mendengarkan musik, sesekali mukanya menoleh kepada teman-temannya dan ikut tertawa.

        Tak terasa hari sudah siang, matahari tepat berada di atas kepala. Miau dan teman-temannya pulang ke rumah masing-masing untuk makan siang.

           Sampai di rumah tak seperti biasanya, Ibu sudah pulang dari ladang siang hari seperti ini.
Ibu sedang berbaring di kamarnya, Miau datang menghampiri Ibu dan bertanya “Ibu kok sudah pulang?”
“Ibu kurang enak badan Miau, hari ini Ibu mau istirahat di rumah.” Ibu menjawab.
“Miau mendekat dan memegang badan Ibu, Iya badan Ibu panas, Ibu terlalu lelah bekerja sepertinya.” Miau berkata lembut.
“Ibu tidak apa-apa Miau hanya butuh istrahat saja,” jawab ibu menenangkan.
Miau segera ke belakang mengambil ari hangat untuk Ibu dan memberikannya pada Ibu, “Ini Ibu minum dulu” tangannya memberikan gelas kepada Ibu.
“Terima kasih Miau” ucap ibu pelan.
Setelah itu Miau segera pergi ke belakang lagi dan membawa ember berisi air hangat untuk mengompres Ibu, diletakannya kain basah hangat di kening Ibunya.
“Ibu istirahat saja, cepat sembuh ya Ibu,” Miau berkata lembut.

Dalam hati Miau berkata, “Kasian Ibu kecapean, Ibu sedang sakit. Ya Allah semoga Ibu cepat sembuh. Aamiin” tangannya mengusap wajah.
“Aku harus membantu Ibu, mengerakan pekerjaan rumah serta menemani Adik belajar,” katanya lagi dalam hati.

         Siang itu Miau sibuk menggantikan peran Ibunya di rumah, mulai dari menyiapkan makan siang untuk Adiknya, memasak air, mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai, membantu Adiknya belajar dan juga merawat Ibunya.

Uni dan Tami datang mencari ke rumah Miau, “Miau Miau, kita main lagi yu,” begitu suaranya terdengar dari dalam rumah.
“Miau keluar dan bilang, maaf teman-teman hari ini aku tidak bisa ikut bermain, Ibuku sedang sakit di rumah, jadi aku harus menjaganya” Miau menjelaskan.
“Oh begitu, Ibumu sakit apa Miau?” Tanya Uni dan Tami.
“Terlalu lelah bekerja sepertinya.” Miau menjawab.
“Kalau begitu bolehkah kita menjenguk Ibumu Miau?” Tami bertanya.
“Boleh silakan masuk teman-teman, tapi Ibu sekarang sedang tidur,” jawab Miau.
Uni dan Tami masuk ke dalam rumah Miau menjenguk Ibu Miau yang sedang sakit. Kemudian berkata, “Semoga Ibumu cepat sembuh ya Miau, kalau begitu kita pamit dulu” kata Uni dan Tami bergantian.
“Iya teman-teman, terima kasih ya sudah datang menenguk dan mendoakan Ibu.” Miau berkata.

                 Setelah Uni dan Tami pulang, Miau masuk kembali ke dalam rumahnya.

         Hari sudah malam, di luar rumah sudah terlihat gelap. Setelah menunaikan Shalat dan membantu Adiknya belajar, Miau masuk ke dalam kamar Ibu memberikan obat.
Adiknya juga masuk ke dalam kamar Ibu dan langsung ikut berbaring di samping Ibu dan berkata “Ibu, cepat sembuh ya.”
Ibu menoleh dan berkata “Iya Adik, Ibu tidak apa-apa, hanya lelah saja.”

               Miau masih terjaga. Menjaga Ibunya yang sedang sakit dan melihat Adiknya yang tertidur di samping Ibu.

           Pagi kembali datang dan Ibunya masih berbaring lemas. Ibunya memanggil dan berkata kepada Miau dengan pelan, “Miau di dalam hutan ada sebuah pohon ajaib yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Pohon itu terletak di antara dua pohon besar yang rindang di tengah hutan, daunnya berwarna merah muda. Tolong Miau ambilkan daunnya untuk Ibu ya, tapi Miau hati-hati mencarinya.”
“Iya ibu, Miau akan mencari dan membawanya untuk Ibu.”

           Miau langsung melangkah pergi untuk mencari pohon ajaib seperti kaya Ibunya. Sebelum pergi ia meminta Adiknya untuk menjaga Ibu di rumah.
Berjalan ia sendiri masuk ke dalam hutan, mencari dan terus mencari pohon ajaib yang diceritakan Ibunya. Miau berkata kepada dirinya sendiri “Di mana pohon itu berada, Aku harus mendapatkannya untuk Ibu”.
Setengah jam, satu jam, dua jam Miau masih berjalan dan mencari.
Tapi pohon yang ia cari belum terlihat juga, kakinya mulai terasa lemas.
“Aku cape, aku harus istirahat dulu” Miau berkata dalam hati lalu memutuskan untuk istirahat sebentar di bawah pohon untuk melepas lelah.

        Tanpa sadar Miau ketiduran, lalu terbangun ketika ada sekelompok Ular yang tertawa mengejeknya. “Hahaha hei! Kucing kecil sedang apa kau tertidur di wilayah kami, kamu mau kami makan?” Ular itu berkata. Teman-temannya yang lain tertawa terbahak mengejek.
“Maaf Ular aku hanya istirahat sebentar di sini, aku lelah berjalan” kata Miau mukanya sedikit ketakutan.
“Ah, alasan dia teman-teman, bagaimana kalau kita makan saja ramai-ramai,” kata salah satu Ular di sana.
“Ya, setuju. Kita makan saja Kucing kecil itu!” Ular yang lain berbicara.
“Jangan Ular, aku hanya lewat sini, aku tidak mengganggu wilayah kalian,” suara Miau terdengar memelas.
“Jangan percaya dia, buktinya Kucing kecil itu sedang asik tidur di bawah pohon,” Salah satu Ular berteriak.
“Ya, jangan percaya pada Kucing itu, sudah kita makan saja bersama” kata Ular lainnya bersuara.
“Jangan Ular, aku tidak jahat, aku tidak mengganggu kalian, kalian jangan menyakiti aku,” Miau berkata lemah.
“Aku akan segera pergi dari sini, maafkan aku jika aku mengganggu kalian semua” kata Miau lagi ketakutan.
“Jangan bos, jangan biarkan Kucing itu pergi.” Kata salah satu Ular kepada pemimpinnya.
“Tenang saja, aku tidak akam membiarkan Kucing kecil ini lari dari sergapan kita. Aku akan menyantapnya.” Teriak pemimpin Ular diiringi dengan ejekan tawa Ular yang lain.
“Miau menangis, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau.” Suara tangisnya terdengar.
Ular-Ular itu malah semakin tertawa kencang, “Hahahaha Kucing kecil itu menangis, dasar cengeng!”.
Miau masih menangis tersedu “Miau, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau, Miau.”

              Tiba-tiba datanglah Elan Si Burung Elang menolong. Tangannya mencakar pemimpin Ular itu dan berkata, “Hai kalian Ular jelek, jangan pernah berani menggangu temanku Miau. Atau kalian yang akan aku makan semua.” Elan berkata tangannya masih mencakar pemimpin Ular.
Pemimpin ular merengek kesakitan, “Ampun, ampun, ampun Burung Elang. Kita hanya bermain-main saja.”
“Kalian bermain sampai membuat temanku menangis, Miau adalah Kucing yang baik. Jangan berani-berani kalian menyakitinya apalagi sampai mau memakannya. Jika ada yang berani akan berhadapan dengan Aku, Si Burung Elang,” katanya tegas.
“Baiklah kami akan pergi, lepaskan aku.” Pemimpin Ular masih merengek kesakitan.
Elan melepaskan cakarannya sambil berkata, “Pergi kalian semua, jangan pernah sekali-kali lagi menyakiti temanku Miau.” Elan berkata.
Dan saat itu juga kelompok ular langsung berlari pergi ketakutan.

                Elan menghampiri Miau dan berkata, “Miau, kamu tidak apa-apa?”
Miau menyeka air matanya dan berkata, “Aku tidak apa-apa Elan, terima kasih sudah menolongku. Aku takut, tadi Ular-ular itu akan memakan aku Elan.”
“Sekarang kamu jangan takut Miau, ada aku di sini. Ular-ular itu juga sudah tidak berani lagi mengganggumu. Kamu jangan menangis lagi ya.” Kata Elan menghibur.
“Iya Elan, aku tidak menangis lagi, terima kasih banyak Elan untung ada kamu. Jika tidak aku tak tau apa jadinya.” Miau berkata.
“Iya sama-sama Miau, kita kan teman jadi harus saling membantu. Seperti ucapan Pak Tani kemarin.” Ucap Elan.
“Iya Elan, terima kasih. Kamu memang Burung Elang yang baik. Aku senang bisa berteman denganmu” Miau berkata tersenyum pada Elan.
“Aku juga senang berteman denganmu, kemarin kamu sudah baik padaku memberikan cokelat dan mengajak ke rumah Pak Tani, sekarang gantian aku yang berbuat baik kepadamu Miau. Hehehe” Elan berkata sambil tertawa.
“Ngomong-ngomong sedang ada kamu berada di tempat ini Miau, Jauh dari rumah dan tempat bermainmu?” tanya Elan.
“Aku sedang mencari pohon ajaib untuk Ibu Elan. Ibuku sedang sakit di rumah, ia memintaku mencari pohon ajaib di hutan yang daunnya berwarna merah muda.” Miau menjelaskan.
“Oh ya, aku tahu di mana tempatnya. Pohon itu memang pohon obat Miau, daunnya bisa berkhasiat untuk menyembuhkan sakit. Ya sudah, naik kebadanku, aku akan membawamu ke tempat pohon itu.”
“Wah, benar kamu akan membantuku lagi Elan, terima kasih banyak Elan” ucap Miau senang.
“Iya Miau, mari kita terbang.” Kata Elan.

  Elan membawa Membawa Miau terbang ke tempat pohon ajaib. Miau senang sekali bisa merasakan terbang.
“Wah hore aku bisa terbang, aku bisa terbang, aku terbang.” Suaranya senang.
Elan hanya tersenyum mendengarkan temannya itu.
“Sampai.” Elan berkata.
“Nah, ini dia pohon yang kamu cari Miau. Itu daunnya yang berwarna merah muda” Elan berkata, tanggannya menunjuk daun yang dicari Miau.
“Terima kasih Elan, Iya benar kata ibu pohon ajaib terletak di antara pohon rindang dan daunnya berwarna merah muda. Ternyata benar!”
Akhirnya dibantu Elan, Miau mendapatkan daun berwarna merah muda itu!
Tidak sampai di situ, Miau pun diantar Elan kembali sampai depan rumahnya.
Tiba di depan rumah Miau berkata, “Elan terima kasih banyak atas pertolongan dan bantuanmu. Semoga suatu hari nanti aku bisa membalas kebaikanmu, aamiin.”
“Iya sama-sama Miau, semoga Ibumu cepat sembuh ya. Kalau begitu aku pulang dulu Miau, sampai bertemu lagi.” Kata Elan
“Sampai bertemu lagi Elan, hati-hati pulangnya.” Miau berkata sambil melambaikan tangan.

   Miau segera masuk ke dalam rumah dan memberikan daun pohon ajaib pada Ibu. 
Ibunya terlihat senang dan tersenyum sambil berkata “Terima kasih ya Miau.”
“Iya Ibu” jawab Miau diiringi senyum.
“Terima kasih ya Adik, karena telah menjaga Ibu” kata Miau pada Snow Adiknya.
“Iya Kak Miau, aku senang bisa menjaga Ibu” ucap Snow.

              Tak berapa lama Ibu merebus beberapa helai daun merah muda itu.
“Kok hanya sedikit Bu yang direbusnya?” Tanya Miau sambil memperhatikan.
“Iya Miau sedikit saja, sisanya kita simpan untuk nanti” jawab Ibu.
Setelah matang, Ibu meminum daun ramuannya dan kembali beristirahat.
Miau dan Adiknya Snow pun beristirahat.

           Keesokan harinya, saat pagi datang menggantikan malam. Ibu sudah kembali sehat. Miau dan Adiknya Snow sangat gembira melihatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  GAMBARAN DIRI GURU PENGGERAK TIGA TAHUN KE DEPAN   Jika disederhanakan dalam dua kata saya ingin terus BELAJAR dan BERBAGI.   As...