Pesan Buku

Untuk pemesanan buku langsung hub >>
Email : aditamacrb@gmail.com /
Whatsapp : 082119801010
Pengiriman luar kota menggunakan JNE / Tiki / Pos
(No. Resi segera dikirim kepada pemesan)

★ SAMPAH, NILAI DAN KARAKTER

Sampah, Nilai, dan Karakter
Oleh
Adi Tama

Masalah sosial adalah masalah yang dilihat, dirasakan, dialami bersama, serta membutuhkan solusi penyelesaian secara bersama-sama. Beberapa contoh masalah sosial di antaranya, masalah narkoba, tindak kejahatan, pergaulan bebas, masalah pengangguran, dan juga sampah.

Dari beberapa kasus di atas, salah satu contoh permasalahan sosial yang semakin meresahkan adalah masalah sampah. Sampah adalah sisa-sisa, bekas barang ataupun makanan yang sudah tidak terpakai. Sampah yang semakin menumpuk bukan hanya mendatangkan aroma bau yang tidak sedap, tetapi juga akan menjadi sumber penyakit bagi masyarakat, mulai dari penyakit kulit, pernafasan hingga penyakit perut.

Beberapa waktu lalu di layar kaca, ada sebuah berita truk pengangkut sampah terpaksa harus mengantri berhari-hari karena daya tampung tempat pembuangan akhir (TPA) sampah tidak memadai. Dalam kondisi normal, setiap hari truk-truk sampah itu beroperasi dengan baik, sampah tetap ada dan tidak berkurang, apalagi jika truk-truk itu berhenti beroperasi. Bisa dibayangkan, bagaimana volume sampah akan terus dan terus tumbuh, semakin banyak.

Semakin menumpuknya sampah disebabkan karena kebutuhan akan barang yang terus meningkat, sedangkan TPA sampah yang tidak bertambah. Berdasarkan data yang didapat dalam web http://www.jabarprov.go.id bahwa, setiap harinya Bandung memproduksi sampah hingga 1500 ton, sedangkan kapasitas angkut sampah hanya 1100 ton. Di Kota Cirebon sendiri volume sampah mengalami peningkatan. Pada kondisi normal Kota Cirebon menghasilkan sampah 698 meter kubik, sedangkan di momen long weekend volume sampah menggunung sampai 720 meter kubik. (http://www.radarcirebon.com/long-weekend-volume-sampah-meningkat-tajam.html). Data tersebut menjadi gambaran bahwa masalah sampah semakin meresahkan.

Sampah merupakan barang yang bisa kita jumpai di manapun. Di rumah, di kantor, di sekolah, di pasar atau di jalan. Sampah selalu ada dan terlihat berserakan. Sampah bukan lagi hal yang sulit untuk dicari, kehadirannya seperti virus yang terus menyebar hingga pelosok. Di satu sisi, hal ini menjadi sumber rezeki bagi para pemulung karena penghasilannya semakin bertambah, di sisi lain sampah menjadi masalah serius yang harus ditangani dengan sungguh-sungguh.

Secara umum sampah dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama yaitu sampah organik/sampah basah (sampah yang bisa diurai seperti sisa makanan, daun), kedua sampah anorganik/sampah kering (sampah yang sulit/ perlu waktu lama untuk mengurainya seperti sampah plastik, kertas, kaleng, styrofoam), dan ketiga sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti limbah pabrik).

Sudah banyak peneliti, teori bahkan aturan yang diterapkan untuk meminimalisir sampah. Contohnya adalah larangan penggunaan sampah plastik atau styrofoam sebagai pembungkus makanan dan minuman. Namun hasil perubahannya, masih tetap kurang maksimal dirasakan. Sampah tetap semakin banyak, semakin menumpuk.

Ada 4 prinsip penanganan masalah sampah dengan baik yaitu, Reduce (Mengurangi), mengurangi penggunaan material atau konsumsi terhadap barang jadi. Reuse (Memakai Kembali), berusaha memilih barang yang bisa dipakai berulang kali. Recycle (Mendaur Ulang), mengusahakan sampah yang bisa di daur ulang menjadi sebuah produk yang berguna. Replace (Mengganti), mengganti barang sekali pakai dengan barang yang lebih tahan lama serta ramah lingkungan.

Solusi ampuh untuk menyelesaikan masalah sampah tentu saja berasal dari dalam diri kita sendiri, berkomitmen untuk lebih menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, memilih dan memilah sampah berdasarkan jenisnya, lalu mengajak sekitar kita untuk melakukan hal yang kita lakukan.

Di lingkungan sekolah, sudah saatnya setiap sekolah menerapkan “Tabungan sampah,” di mana sampah yang ada mulai diorganisir dengan baik, dibedakan menurut jenisnya, dibuang ke tempat pembuangan sampah berdasarkan jenis sampahnya.

Tahap pertama yang harus dilakukan adalah sekolah harus menyediakan tempat sampah berdasarkan jenisnya, sampah organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Untuk sampah kering, sekolah harus membedakan lagi tempat sampah khusus untuk kertas, kardus bekas, serta tempat sampah khusus plastik dan botol. Tahap kedua mensosialisasikan kepada seluruh siswa agar membuang sampah sesuai dengan jenis sampahnya. Tahap ketiga melaksanakan program yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya. Hal ini tentu berlaku untuk seluruh warga sekolah termasuk guru atau kepala sekolah.

Lebih jauh dan lebih baik lagi, setiap siswa di sekolah memiliki buku tabungan sampah yang akan dikelola guru ataupun siswa yang lain. Manajemennya hampir sama seperti buku tabungan di bank. Hal ini bermaksud agar kegiatan lebih terkonsep, dan juga sebagai pemacu semangat siswa dalam menjalankan program tabungan sampah tersebut. 

Jika pengorganisiran sampah ini berjalan dengan baik, maka sampah-sampah yang ada akan memiliki nilai lebih. Sampah kertas, kardus bekas akan memiliki nilai ekonomis atau nilai jual, pun begitu dengan sampah plastik, kaleng atau botol. Untuk dapat melaksanakan tahapan ini pihak sekolah harus bekerja sama dengan pengepul sampah.

Kalaupun tidak dijual, sampah tersebut akan memiliki nilai manfaat yang lebih. Sampah basah seperti sisa makanan atau daun kering bisa di manfaatkan untuk menyuburkan tanah dengan menjadikannya pupuk. Sampah kering seperti kardus bekas bisa dijadikan kotak P3K di kelas, tempat rak sepatu, atau juga lemari locker untuk menyimpan buku di perpustakaan. Sampah botol minuman bisa dijadikan pot tanaman hidroponik, tutup botolnya bisa dimanfaatkan untuk bahan kerajinan tangan, pernak-pernik dan masih banyak lagi.

Penguatan karakter yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah setiap warga sekolah menerapkan siswa-siswinya untuk belajar disiplin. Sejak dini siswa sudah diajarkan untuk dapat menganalisa jenis sampah dan membuangnya tepat di tempatnya. Jujur, diharapkan siswa tidak lagi buang sampah sembarangan, di lapangan, di kolong meja, atau di balik jendela. Siswa akan berfikir lebih baik sampah di tangannya untuk tabungan mereka. Bekerja sama, setiap siswa akan berusaha bekerja sama, bergotong royong membersihkan kelas dan lingkungan sekolahnya. Membiasakan pola hidup bersih, rapi, sehat, serta mengajarkan langsung cara menjaga lingkungan sekitar, atau mencintai lingkungan dengan menjaga kebersihannya.

Selain itu ada filsafat hebat di balik kegiatan ini. “Sedari kecil siswa sudah terbiasa menjaga, menghargai, dan memanfaatkan barang yang tidak bernilai. Jika hal ini terus melekat, meresap hingga mereka dewasa nanti, semoga kelak mereka akan lebih bisa menjaga, menghargai, serta memanfaatkan dengan sebaik-baiknya barang atau apapun yang lebih bernilai dari sampah.”

Setidaknya, kegiatan di atas adalah bukti nyata kalau kita telah berusaha menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.


“Mari menabung sampah!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  GAMBARAN DIRI GURU PENGGERAK TIGA TAHUN KE DEPAN   Jika disederhanakan dalam dua kata saya ingin terus BELAJAR dan BERBAGI.   As...