Pesan Buku

Untuk pemesanan buku langsung hub >>
Email : aditamacrb@gmail.com /
Whatsapp : 082119801010
Pengiriman luar kota menggunakan JNE / Tiki / Pos
(No. Resi segera dikirim kepada pemesan)

★ MIAU SI PUTIH Series 3

MIAU SI PUTIH

Series 3
Aro yang Jahil, Aro yang Baik

Sore itu di lapangan yang terletak di pinggir hutan Miau dan temannya sedang asik bermain petak umpet. Permainan tradisional di mana ada satu yang menjadi petugas dan yang lainnya bersembunyi. Yang menjadi petugas harus mencari teman-temannya yang bersembunyi. Dan yang disebut namanya paling pertama atau terlihat dari tempat persembunyiannya itulah yang akan menjadi petugas selanjutnya.

            Sekarang giliran Elang yang menjadi petugas, Miau dan teman-temannya berlari bersembunyi di tepi hutan. Miau bersembunyi di balik pohon, Uni Si Kuning bersembunyi di balik batu yang besar, Tami Si Hitam manis bersembunyi di semak-semak sedangkan Aro Si Kucing Garong bersembunyi di rumah kosong sambil santai meminum es dalam plastik yang dipegangnya.
Aro pun menyalakan lagu dari radio kecilnya sambil berkata, “Duduk santai saja mendengarkan alunan musik, Elang tidak akan tahu di mana aku bersembunyi, hihihi!” 
Elang masih mencari teman-temannya yang bersembunyi dalam hati ia berkata, “Di mana mereka bersembunyi? Aku harus menemukannya.”
Elang masih terus mencari, matanya sigap melihat sekitarnya.

Tiba-tiba Elang mendengarkan ada suara musik yang berasal dari rumah kosong di pinggir lapangan Elang menghentikan jalannya menyimak suara lagu yang didengarnya.
Ia tersenyum sambil berkata, “Aha aku tahu itu pasti Aro,” lalu berjalan menuju rumah kosong tempat Aro bersembunyi.
“Halo Aro, sedang apa kamu bersembunyi di situ?” kata elang tepat berdiri di atas Aro.
“Elang, dari mana kamu bisa tahu tempat persembunyianku?” Aro bertanya heran.
“Hehehe, aku mendengarkan suara musik, dan mengira itu pasti berasal dari radio yang kamu bawa Aro. Ternyata benar!”
“Aduh, aku lupa tidak mengenakan headset di telingaku, hehe” Aro berkata, tangannya menepuk kepalanya karena lupa.
Elang dan Aro mencari teman-teman lainnya hingga semuanya terlihat dari tempat persembunyiannya.

Dan selanjutnya giliran Aro yang menjadi petugas karena ia yang paling pertama ketahuan.

Miau dan teman-temannya berlari bersembunyi kembali, mereka masuk ke dalam rumah kosong.
Aro mulai mencari teman-temannya yang bersembunyi.
Aro berkata dalam hati, “Di mana kalian semua teman-teman?” kepalanya berputar melihat dan mencari.
Miau, Uni, Tami dan Elang bersembunyi bersama di rumah kosong tempat Aro bersembunyi sebelumnya.
“Stttt jangan berisik nanti Aro tahu di mana kita.” Kata Elang.
Yang lainnya menjawab dengan menggunakan simbol mengangguk-anggukan kepalanya tanpa bersuara.

         Aro menghentikan jalan dan pencariannya, ia berkata dalam hati, “Ahaa, aku punya ide.” Sambil tertawa lalu naik ke atas pohon.
“Nah, aku tunggu saja dari atas pohon sini tak perlu cape mencari mereka, nanti juga mereka keluar sendiri dari tempat persembunyiannya, hihihi.” Aro berkata sambil tertawa.

            “Teman-teman sudah hampir setengah jam kita di sini dan Aro belum menemukan kta,” Miau berkata pelan kepada temannya-temannya.
“Jangan-jangan Aro malah pulang tidak mencari kita.” Kata Tami
“Sebentar aku intip dulu,” suara Elang terdengar.
Elan mengeluarkan kepalanya pelan mengintip Aro dari kejauhan dan berkata, “Wah, iya teman-teman Aro tidak terlihat di lapangan.”
“Aro pasti pulang ke rumahnya, dasar Aro curang,” Tami berucap lagi.
“Ya sudah kita keluar saja semua,” ajak Uni
“Baiklah, kita keluar sekarang.” Jawab teman-teman yang lain kompak.

Akhirnya mereka semua keluar dari tempat persembunyian dan menuju lapangan. Sampai di lapangan, Aro turun dari atas pohon dan menyebut nama teman-temannya semua sambil tertawa kegirangan “Uni, Tami, Miau, Elang aku lihat kalian semua. Hehehe”
“Yah, itu Aro. Dia malah bersembunyi di atas pohon menunggu kita keluar dari tempat persembunyian bukan mencari kita,” kata Miau.
“Hehehe, pintar kan aku.” Aro berkata senang atas idenya.
“Huuu, dasar Aro curang.” Ucap Uni yang namanya di sebut pertama.
“Sudah teman-teman, hari sudah sore. Kita duduk santai saja di sini.” Aro berkata lagi.
“Ya sudah, main petak umpetnya nanti lagi, kita istirahat sejenak di sini lalu pulang ke rumah.” Elang berkata, teman-teman lain setuju.
           
             Mereka semua duduk santai sambil berbincang di lapangan.
“Sudah sore, kita pulang yuk teman-teman.” Ajak Miau.
“Ayo kita pulang dulu semua.” Tami berkata dan yang lain menjawab “Ayo, mari pulang.”
Sore itu Miau dan teman-temannya pulang ke rumah masing-masing.

         Tiba di rumah, seperti biasa Miau langsung bersiap mandi dan menunaikan Shalat Maghrib berjamaah bersama Ibu dan Adiknya, kemudian belajar dan beristirahat tidur.

Esoknya setelah membantu Ibu membersihkan rumah. Miau berkata pada Ibunya, “Ibu aku akan ke sungai mengambil air. Persediaan air di rumah sudah tinggal sedikit.”
“Baiklah Miau, hati-hati di jalan dan membawa airnya,” Jawab Ibu.
“Iya Ibu,” kata Miau lagi.

            Miau berjalan sendirian ke dalam hutan menuju sungai untuk mengambil air.

Sementara itu di pinggir hutan, Aro terlihat sedang mempersiapkan sesuatu.
Tangannya memegang bola, dimasukan ke dalam kain putih lalu diikatnya dengan tali yang panjang, setelah itu dilemparkannya bola ke pohon.
Aro mengumpat di balik pohon berkata sambil tertawa, “Hihihi aku akan mengerjai teman-teman yang lewat. Kalau ada yang lewat akan aku jatuhkan bolanya, mereka pasti akan kaget dan menganggap hantu putih jatuh dari atas pohon. Hihihi!”

Aro masih menunggu teman yang lewat sambil bersembunyi di balik pohon.
Uni dan Tami tampak sedang berjalan melewati pohon di pinggir hutan dan ketika tepat berada di bawah pohon, Aro menjatuhkan bola yang dibungkus kain putihnya, sontak Uni dan Tami kaget dan berlari kencang sambil berkata, “Huaaaaaaa ada hantuuuuu.” Mereka terlihat berlari ketakutan.
Aro tertawa di balik pohon, “Hehehe mereka takut.”
Kemudian giliran Elang yang berjalan sendiri.
Sama seperti Uni dan Tami, tepat di bawah pohon Aro menjatuhkan bola dalam kain putihnya yang membuat Elang kaget dan juga berlari terbirit-birit, “Huaaaaaa apa itu putih-putih jatuh dari pohon.”
Aro semakin tertawa senang, “Hahaha, Elang juga takut, hihihi.”

            Miau sudah berada di pinggir sungai dan mengambil air untuk keperluan di rumahnya.
Tangannya membawa ember berisi air, bersiap pulang ke rumahnya kembali.
Berjalan Miau sendirian sampai dekat dengan pohon tempat Aro bersembunyi.
Aro berkata, “Ah, itu Miau. Aku akan kerjai ia sekarang. Hihihi!”
Miau masih berjalan sambil membawa air. Tiba di bawah pohon Aro menjatuhkan bola dalam kain putih yang membuat Miau kaget, terjatuh, dan air yang dibawanya tumpah.
Miau berkata pelan, “Aduh airku tumpah semua,”
Aro langsung berlari mendekati Miau yang terjatuh dan berkata, “Miau kamu tidak apa-apa?”
“Maafkan aku ya Miau, aku hanya bercanda saja, tidak berniat membuatmu sampai teratuh. Maafkan aku ya Miau.” Aro berkata menyesal.
“Iya Aro, aku tidak apa-apa, hanya kaget saja. Tapi air yang aku bawa tumpah semua.” Jawab Miau sambil membersihkan tubuhnya.
“Miau kamu istirahat saja di sini, biar aku yang akan mengambilkan air untukmu. Tunggu ya.” Aro berkata pada Miau, tangannya mengambil ember dan berlari ke sungai.

Miau menunggu Aro di bawah pohon.

Setelah beberapa lama Aro kembali membawa ember penuh dengan air dan meletakannya di dekat Miau “Miau, ini aku sudah bawakan air untukmu lagi, maafkan aku tadi ya, aku jadi merasa bersalah.” Aro berkata dengan nada menyesal.”
“Iya Aro tidak apa-apa, hanya lain kali jangan mengerjai teman-teman seperti itu lagi.” Jawab Miau.
Aro hanya tertawa kecil sambil mendengarkan.
“Ya sudah, aku harus pulang Aro.” Kata Miau lagi, tangannya mengambil ember berisi air.
“Biar aku saja yang membawa sampai rumahmu Miau,” kata Aro.
“Jangan Aro, nanti kamu cape” jawab Miau.
“Tidak apa-apa Miau, ini karena aku mengerjai kamu sampai terjatuh tadi.” Aro berkata, tangannya mengambil air yang dipegang Miau.
Miau pulang ke rumahnya diantar Aro yang membawa air.
Tiba di rumah Miau. “Sampai, ini Miau airnya.” Aro meletakannya ember di depan pintu masuk.
“Terima kasih ya Aro, kamu sudah membawakan air.” Miau berkata pada Aro.
“Iya sama-sama Miau. Maafkan aku tadi ya,” kata Aro lagi.
“Iya, sudah tidak apa-apa Aro” jawab Miau.
“Terima kasih Miau, ya sudah kalau begitu aku pulang dulu, sampai besok Miau” Aro bicara lagi sambil berpamitan.
“Iya, hati-hati Aro.” Jawab Miau.

Aro pergi pulang ke rumahnya.

Miau masih berdiri di depan pintu. Dalam hati Miau berkata, “Dasar Aro, kadang sering jahil, padahal hatinya baik.” Lalu masuk ke dalam rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  GAMBARAN DIRI GURU PENGGERAK TIGA TAHUN KE DEPAN   Jika disederhanakan dalam dua kata saya ingin terus BELAJAR dan BERBAGI.   As...