Pesan Buku

Untuk pemesanan buku langsung hub >>
Email : aditamacrb@gmail.com /
Whatsapp : 082119801010
Pengiriman luar kota menggunakan JNE / Tiki / Pos
(No. Resi segera dikirim kepada pemesan)

★ Sepotong Kisah di Balik Buku Indah


Sepotong Kisah di Balik Buku Indah

Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka. Judul sebuah buku yang terlahir dari tangan-tangan mungil. Buku hasil kreasi siswa-siswi kelas IV SD. Buku yang indah, sangat indah bahkan lebih dari indah. Sebagai gurunya, saya merasa tidak ada yang lebih mengagumkan dari terciptanya karya siswa ini.

Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka. Sebuah buku sederhana yang kaya akan makna. Buku ini berarti bahwa, saya berhasil mentransfer kemampuan saya, dan siswa berhasil menyerap sebanyak-banyaknya partikel yang saya berikan. Sebagai seorang guru, saya tidak bangga jika bisa membuat satu, dua, tiga bahkan jika hingga puluhan buku tercipta tetapi satu sisi siswa saya tidak bisa menulis. Saya merasa bangga ketika saya bisa menulis, siswa bisa menulis, ketika saya membuat buku, siswa-siswi saya juga bisa membuat buku.

Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka. Sebuah buku hasil coretan pertama siswa-siswi yang masih berusia 8 - 10 tahun. Masih banyak kesalahan kata, kalimat, atau arti. Kesalahan yang justru akan membuat mereka tersenyum suatu saat nanti. Kesalahan yang akan membuat mereka bangga jika melihat lagi tulisannya saat masih kecil dulu. Saat masih duduk di bangku kelas IV SD, tiap dari mereka sudah pernah membuat lima karya tulis yang begitu indah dengan kejujuran, kepolosan dan keluguannya. Lima karya tulis yang terdiri dari dua buah puisi, dua buah cerita fiksi, dan satu buah surat. Lima karya tulis sederhana yang saya gabungkan, saya ketik ulang tanpa diedit lengkap dengan scan tulisan asli mereka semua yang masih terlihat jelas bekas tipe-x dan coretan-coretan salah pulpen mereka. Alhasil sebuah karya dengan tebal 251 halaman menjadi bukti.

Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka. Sebuah buku yang punya begitu banyak cerita. Ada banyak sekali proses kreatif yang saya lalui bersama siswa-siswi. Ada aura energi semangat, senyum ceria, kebingungan, keraguan, lengkap dengan kesalahannya. cerita yang selalu ada dalam ingatan. Saya hafal tiap potongan-potongan kejadian yang tebayang di balik proses kreatif ini. Cerita yang tidak bisa saya ungkapkan semuanya di sini. Cerita yang mungkin hanya akan bersemayam dalam hati untuk selamanya, untuk saya pribadi, mudah-mudahan untuk siswa-siswi saya juga. Aamiin ya rabbal alamin.

Salah satu cerita yang menarik adalah saat proses pembuatan surat. Awalnya, saya mengajak siswa membuat surat sebagai tabungan ‘menabung karya’. Saya berfikir “Kenapa tidak saya kirimkan saya ke sekolah lain?”, Biarkan siswa-siswi dari sekolah lain yang akan membalasnya.” Siang harinya saya umumkan di sebuah group literasi Kota Cirebon, “Muridku membuat surat. Sekolah mana yang mau kami kirimi surat, syaratnya balas surat dari kami ya.” Begitu kira-kira kalimat yang saya ucapkan sepaket dengan foto siswa-siswi yang telah membuat surat. Alhamdulillah banyak dari teman-teman guru yang merespon positif kegiatan ini, hingga ada banyak guru yang berkata kegiatan ini menjadi salah satu inovasi pembelajaran yang menyenangkan untuk para siswa. Di era globalisasi ini, di mana banyak siswa yang lebih memilih berlama-lama dengan HP mereka, kita bawa kembali pada kegiatan tulis-menulis, surat-menyurat ala siswa dengan naturalnya. Singkat cerita, esoknya saya kirim ke lima sekolah yang berbeda.

Surat yang sudah siap, ditambah amplop yang kami buat sendiri, kami masukan dalam amplop cokelat besar yang biasa digunakan orang untuk melamar pekerjaan. Saya membawa semua siswa (1 kelas) berjalan menuju kantor POS terdekat. Jarak dari sekolah menuju kantor POS sekitar 15 menit berjalan kaki, memotong jalan, memasuki gang gang kecil yang sempit seperti hendak berdemo. Tiba di depan kantor POS tidak lupa saya mengabadikan moment dengan berswafoto bersama, jari tangan dengan huruf ‘L’ yang berarti ‘Literasi’ dengan senyuman manis di bawah terik matahari menjadi pilihan gaya kami.

Di dalam kantor POS, Senyum petugas menyambut kedatangan kami semua, senyum tulus tugas bercampur dengan aroma sedikit kaget melihat tingkah anak-anak kecil yang baru kali pertama menginjak dan memasuki kantor POS. Tingkah anak-anak yang malu-malu, bingung, mereka tampakan lewat tengokannya kepada saya. Saya dan mereka semua memasuki kantor POS, memilih hanya berdiri di samping anak-anak, membiarkan mereka bertransaksi sendiri.

“Selamat siang, mau kirim surat ke mana?” Tanya petugas POS dengan senyumnya. “Ke teman di sekolah lain.” Jawab salah satu murid saya, Vina namanya. “Boleh di minta amplopnya, apa ini isinya?” Tanya Petugas lagi. “Isinya surat Bu.” Jawab Fadli yang berdiri di samping Vina. “Baik, mau paket yang berapa lama, ada yang satu hari sampai, ada yang dua atau tiga hari.” Petugas POS kembali bertanya dengan menjelaskan. Kali ini anak-anak tidak langsung menjawab, terlihat mukanya meminta petunjuk atau pertolongan karena bingung dengan menengok pada saya yang sedari tadi hanya berdiri sambil memperhatikan di samping mereka. Saya mengerti komunikasi nonverbal lewat isyarat wajah mereka dengan berkata, “Suratnya mau pilih dikirim dengan paket yang mana, mau paket yang satu hari sampai atau paket yang dua hingga tiga hari baru sampai. Kalau paket sehari sampai berarti besok sudah sampai di tangan teman kita.” Anak-anak terlihat memperhatikan dan memahami, kemudian Rianti salah satu siswi yang berdiri di depan menjawab, “Yang satu hari saja Bu.” “Baik, paket yang satu hari biayanya 9000,- rupiah.” Tak lama Rianti memberikan uang kepada Petugas POS. Uang yang mereka kumpulkan sendiri pagi harinya di sekolah.

Keseruan terjadi setelah transaksi selesai, ketika tangan mereka mendapat stempel POS (Cap POS). Ruangan menjadi ramai, ribut, dengan tawa renyah dan senyum riang mereka. Masing-masing dari mereka saling menunjukan stempel pos di tangannya. Gaduh, riuh! Saya hanya tersenyum sambil memberi isyarat maaf dengan tangan kepada petugas POS yang ikut tersenyum melihat tingkah anak-anak di sana. Alhamdulillah, mereka petugas POS mengerti mereka adalah anak-anak kecil, yang di manapun berada akan bermain dengan senangnya, tanpa beban, tanpa masalah. Mereka adalah anak-anak yang baru pertama mendapat pengalaman baru. Pengalaman yang mereka dapat karena telah membuat sebuah karya tulis sederhana berupa surat yang hendak mereka kirimkan. Saya lihat satu per satu sorot mata mereka, sinar mereka bicara, “Bagi kami, bahagia sesederhana ini.” Bahagianya bak mendapat cap saat mau masuk dunia fantasi.

Kisah lain yang tak kalah mengejutkan adalah saat proses pembuatan puisi. Saat kali pertama saya membaca puisi salah satu siswi bernama Cindy Aurelia. Puisi yang kemudian saya simpan di balik sampul buku sebagai apresiasi untuknya.
Begini isi puisinya :
Ibu
Ibu, terima kasih kau telah melahirkanku di dunia ini
Kau telah mengandungku hingga 9 bulan
Ibu, maafkan aku jika aku berbuat salah
Ibu, terima kasih kau telah mengurusku dari bayi hingga besar

Ibu…
 Kaulah pahlawanku
Kaulah pelita hatiku
Kaulah penerang dalam hatiku


Ibu, terima kasih kau telah merawatku jika aku sakit
Ibu kau begitu baik kepadaku

Ketika kupandang lekat pada sudut matamu
Begitu banyak penderitaan yang kau alami
Ibu, aku sangat berterima kasih padamu

Aku sangat menyayangimu
Aku sangat mencintaimu
(Cindy Aurelia)

Bergetar hati ini kali pertama membacanya, berkaca mata saya karena mengetahui sebuah kejadian yang begitu mencekam yang dialami Cindy. Sore hari di rumah, saya tuliskan sebuah cerita singkat tentang puisinya.
Gadis kecil di belakang sampul buku

Cindy aurelia namanya. Gadis kecil yang cantik, baik, ramah, sopan dan pintar. Gadis kecil peringkat satu di kelasnya. Kurang lebih baru sebulan Cindy kembali ke sekolah. Belum pernah mengikuti kegiatan upacara ataupun olahraga.

Lukanya masih terlihat besar di kaki dan tangannya.
Lukanya masih terasa perih saat ditanya.
Hingga kini, seminggu sekali lukanya masih harus disuntik dan izin sekolah sesuai anjuran dokter esok harinya.
Lukanya masih terasa sakit katanya.

Sebelum UKK (ujian kenaikan kelas) kemarin Cindy terkena musibah. Rumahnya dilahap api.
Tubuhnya terbakar, kaki, tangan hingga rambutnya menjadi korban. Beruntung gadis kecil itu selamat.

Peristiwa terjadi pada malam hari, saat Cindy terlelap di ruang TV.
Obat nyamuk bakar yang terkena kipas angin jadi penyebabnya. Apinya loncat ke kasur, seketika api membesar, menghanguskan satu ruangan.

Sang Kakak lari keluar panik, Ibundanya dengan naluri seorang Ibu, langsung melemparkan diri dalam kobaran api. Memeluk erat puteri kesayangannya. Merelakan tubuhnya sendiri merasakan panas. Berharap bisa menyelamatkan puterinya yang tertidur, bertarung melawan pusaran api yang semakin menjadi.

Dalam genting, Ayahnya bolak-balik memadamkan api, menyelamatkan dua anggota keluarganya.

Api padam.
Mereka terselamatkan.

Setelah kejadian.

Luka bunda lebih parah dari anak gadisnya. Punggungnya hangus, kaki tanggannya melepuh, hanya perut dan bagian lengan depan saja yang normal sisanya terbakar, perih, panas, mengelupas, sakit. Sakit yang teramat sakit. Untuk duduk saja tidak mampu. Hanya bisa tengkurap tanpa bergerak!

Antara sadar dan tidak, antara berharap dan pasrah, antara hidup dan mati. Semuanya tidak lagi penting, satu yang penting adalah puteri kecilnya selamat. Membiarkan nyawanya yang melayang. Merelakan jiwa raganya demi gadis kecil kebanggaannya, kesayangannya. Gadis kecil harapannya kelak.

Istilah 'kasih ibu sepanjang masa' memang benar adanya.
Cindy alami, Cindy rasakan, Cindy tuangkan dalam puisinya.

Alhamdulillah, Kini, sang Bunda sudah berangsur pulih. Sudah bisa beraktivitas kembali, walau belum mampu mengerjakan pekerjaan yang berat, belum bisa mengendarai sepeda motor untuk mengantarkan puterinya ke sekolah.
Setidaknya Bundanya tetap ada, tetap tersenyum menyembunyikan segala sakitnya.
Jika bisa merasakan 'aura' dalam puisi Cindy. " Itulah sebenarnya."
Itulah beberapa cerita di balik proses kreatif pembuatan buku “Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka.” yang bisa saya paparkan, selebihnya biarkan menjadi kenangan indah saya bersama siswa-siswi kebanggan.

Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka. Sebuah buku hasil karya cipta anak-anak hebat. Sebuah buku yang menginspirasi kita semua bahwa menulis bisa kita mulai sejak kita duduk di bangku sekolah dasar.

Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka. Semoga buku ini menjadi karya tulis pertama juga sebagai karya pendorong untuk mereka agar terus menggali kemampuan menulisnya. Semoga mereka semua semakin bisa menuangkan segala ide, gagasannya dalam bentuk tulisan, serta dapat memberikan keterampilan dasar literasi yang akan sangat bermanfaat hingga mereka dewasa, sampai tiap dari mereka menjadi kebanggaan keluarga, penerus perjuangan bangsa.

Akhirnya saya berdoa dan berharap, semoga buku “Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka.” Menjadi  buku yang akan selalu mereka buka, mereka baca, mereka simpan dan mereka jaga untuk selama-lamanya. Buku yang akan mereka baca lagi beberapa tahun, atau puluhan tahun dari sekarang. Buku yang akan membuat mereka tersenyum karena melihat tulisan tanggannya saat kelas IV SD dulu. Semoga buku Menulislah... ‘Sebebas-bebasnya’ Kamu Suka,” ini menjadi buku yang mengantarkan mereka semua pada kesuksesannya nanti. Aamiin yra.

Anak-anakku...
Berkaryalah...!
“Tanpa KARYA kita hanya akan meninggalkan NAMA”

‘Adi Tama’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  GAMBARAN DIRI GURU PENGGERAK TIGA TAHUN KE DEPAN   Jika disederhanakan dalam dua kata saya ingin terus BELAJAR dan BERBAGI.   As...