Tanpa
Kertas Dunia Takkan Cerdas
Oleh
Adi
Tama
Kertas.
Satu kata sederhana yang mendunia.
Perbedaan zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah
baca dan tulis. Orang-orang yang lahir pada zaman prasejarah, manusia purba
biasa kita menyebutnya belum mengenal baca dan tulis. Dalam catatan sejarah,
bangsa Sumeria yang terletak di Mesopotamia merupakan bangsa pertama yang
mengenal aksara sekitar tahun 3500-4000 SM. Peradaban terus berlanjut hingga
zaman Babylonia sampai Persia.
Menurut catatan ilmu pengetahuan, kertas kali pertama
ditemukan oleh bangsa Mesir kuno papirus
(paper dalam bahasa inggris) pada
tahun 735 Masehi. Menurut versi cina awal abad kedua orang Cina kuno telah
menemukan bahan kertas baru dari kulit kayu yang lebih ringan. Penemuan ini
terus berlanjut hingga abad kedua belas kertas sampai pada bangsa eropa, dan
abad keenam belas kertas sudah tersebar hingga amerika dan bertahap menyebar
hingga seluruh dunia (wikipedia.org/wiki/Kertas).
Tidak bisa dipungkiri kehadiran kertas merupakan
pendamping peradaban dunia dari masa ke masa. Pun begitu ketika zaman
penyebaran Islam. Ayat suci Al Quran ditulis di berbagai media seperti pelepah
kurma, lempengan batu, atau kulit binatang. Para sahabat baginda Nabi Muhammad SAW
juga banyak yang menghapalnya, karena pada masa itu kertas belum ditemukan.
Mari
sejenak kita bayangkan, bagaimana jadinya apabila kertas benar-benar tidak di
temukan hingga saat ini?
Mungkin
semua ayat suci itu tidak akan sampai pada kita yang hidup di era modern. Semuanya
akan penuh dengan kepalsuan, fana, dan tentu saja tidak bisa dibuktikan
kebenarannya.
Dalam
aspek lain seperti ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mungkin akan sama
terjadi, tidak ada ilmuwan, para penemu ahli yang bisa merealisasikan rumus
atau ilmunya karena konsep yang mereka punya tidak tertulis dalam sebuah
kertas. Dunia ini gelap, tidak seterang dan secerdas sekarang.
Pada
perkembangannya di era modern, kertas hadir di seluruh aspek kehidupan. Kertas
selalu ditemui di setiap negara dan bangsa. Kertas ada di setiap instansi,
badan, perusahaan, sekolah, hingga pasar tradisonal yang digunakan untuk
membungkus bumbu-bumbu dapur atau masakan.
Selain
sebagai media tulis menulis yang paling utama, kertas juga digunakan sebagai
sampul produk di banyak perusahaan, tisu, rokok, mie instan, hingga air minum
mineral. Kertas tersedia dengan berbagai nama, beragam jenis ukuran dan fungsi.
Kertas merupakan satu kata sederhana yang kaya akan banyak manfaat, tetapi
kehadirannya jarang dipahami sebagai sesuatu yang penting.
Masa
sekarang yang biasa disebut era globalisasi. Era digitalisasi, di mana
semua-muanya sudah menggunakan teknologi digital. Perkembangan era ini di
tandai dengan semakin meningkat pesatnya IPTEK. Internet menjadi salah satu
wujud nyata era globalisasi, yang mana fungsinya dapat menjangkau hingga
seluruh pelosok dunia. Kehadirannya
membuat semua orang bisa dapat dengan mudah mencari atau mendapatkan segala
yang diinginkannya dengan satu cara mudah, baik itu informasi ataupun
kebutuhan. Kehadiran kertas dirasa memudar. Pesona masa emasnya seakan telah
berganti.
Dalam
sektor utama manfaatnya, kertas sebagai bahan membaca dan menulis. Kita tahu
bahwa minat baca tulis masyarakat kita masih sangat jauh tertinggal bila
dibandingkan dengan negara lain. Hingga
tahun 2017 ini masyarakat kita masih belum bisa bersahabat dengan buku. Membaca
atau menulis belum menjadi hobi yang mengasikan. Padahal harus kita pahami,
minat baca yang tinggi menandakan tinggi dan majunya perkembangan serta
peradaban suatu bangsa dan negara.
Di
daerah pelosok, terdepan, terluar, tertinggal masih banyak orang atau anak-anak
usia sekolah yang masih buta aksara. Hal ini tentu saja memprihatinkan. Di kala
persaingan global semakin bersaing dengan segala pembaharuan ide, gagasan,
teori, praktek yang menghasilkan karya cipta yang mewah, canggih, terbaru.
Kita
di sini masih ada yang belum mengenal baca tulis, atau sudah mengenal tapi
hanya sebatas bisa membaca dan menulis. Tidak lebih! Kita belum mampu
mengungkapkan, terlebih menciptakan. Jika ada yang bisa, mereka masih kesulitan
dengan seputar biaya. Mereka juga harus bertarung melawan rasa laparnya
terlebih dahulu.
Sejalan
dengan hal di atas, baru-baru ini pemerintah mengelar program gerakan literasi
nasional (GLN) dengan tujuan membangun insan literat sepanjang hayat. Insan
pembelajar yang terus belajar. Meningkatkan minat baca tulis yang berujung pada
meningkatnya daya saing sumber daya manusia Indonesia. Program pemerintah ini
tidak terlepas dari bagaimana cara memanfaatkan kertas dengan sebaik-baiknya,
sebenar-benarnya.
Lewat
kertas, dalam bentuk buku. Dengan cara membaca dan menulis, fikiran kita akan
terbuka luas, seluas-luasnya. Kita akan tahu banyak hal, jendela dunia akan
terbuka untuk kita, arus informasi akan datang terus dan terus menerangi diri
kita, dan akhirnya menempatkan kita pada sumber daya manusia yang mampu
bersaing, mampu berkreasi, juga mampu berkarya baik itu di dalam atau di luar negeri
dalam peta percaturan global.
Indonesia
termasuk negara kaya penghasil kertas terbaik di dunia, banyak sekali jenis
pohon dengan serat baik yang dapat dihasilkan untuk membuat kertas. Kertas dibuat dari pengolahan selulosa atau serat
kayu, yang dihasilkan dari bubur kertas atau pulp. Pulp ini dihasilkan dari
pengolahan kayu dari penebangan pohon.
Pohon pinus, kayu putih, akasia
dan aspen merupakan jenis pohon yang banyak tumbuh di negara Indonesia. Pohon
yang biasa digunakan untuk menghasikan bubuk kertas dan kemudian di ekspor
hingga penjuru dunia.
Pemerintah perlu dan harus terus mengembangkan
sektor ini agar produksi, produsen kertas terus dan terus meningkat dari tahun
ke tahun, dari zaman ke zaman. Jika semuanya sudah terkonsep dengan sistematis
dan profesional bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi negara nomor satu
penghasil kertas di jagat raya ini.
Memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia
dengan sebaik-baiknya, lalu mendistribusikan sebanyak-banyaknya, hingga
manfaatnya dapat di rasakan oleh seluruh element masyarakat adalah tugas
bersama, mulai pemerintah pusat sampai daerah, perusahaan dan instansi yang
terkait, hingga masyarakat.
Memahami lebih dalam lagi bahwa kehadiran
kertas adalah suatu kebutuhan hidup. Kertas merupakan teman setia yang menemani
peradaban dunia dari masa ke masa. Melalui kertaslah catatan-catatan sejarah
diukir, diingat serta dipelajari lebih lanjut hingga menjadi lebih berarti,
lebih bermakna, dan lebih bermanfaat.
Melalui kertas pula kita dapat menggoreskan
tinta emas kehidupan kita. Perjalanan hidup yang akan kita kenang
selama-lamanya, riwayat hidup yang akan tertulis dan tidak akan terlupa,
tergilas lalu hilang oleh waktu hinga dunia ini benar-benar tidak ada lagi.
Kertas, baca dan tulis adalah rangkaian kata
yang harus kita pahami lebih, lebih, lebih dan lebih dalam lagi. Membacalah,
menulislah, goreskan tinta emas dalam lembaran kertas yang akan mengukir nama
kita dalam pusaran sejarah dunia.
Tanpa kertas, dunia takkan cerdas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar