Pesan Buku

Untuk pemesanan buku langsung hub >>
Email : aditamacrb@gmail.com /
Whatsapp : 082119801010
Pengiriman luar kota menggunakan JNE / Tiki / Pos
(No. Resi segera dikirim kepada pemesan)

★ SENJA DAN JINGGA SERIES 1


Series 1
Bertemu Kawan Lama

Suatu hari di satu hutan belantara, terlihat dua ekor kucing yang bersahabat sedang berlarian mengejar layang-layang. Mereka adalah Senja dan Jingga. Senja seekor kucing perempuan dengan bulu kuning yang harum dan lembut di seluruh tubuhnya. Senja juga seekor kucing yang baik hati, suka menolong, jujur, perasa, dan setia kawan. Sahabatnya bernama Jingga. Jingga seekor kucing laki-laki dengan bulu tiga warna, kuning, hitam dan putih. Banyak yang memanggil Jingga seperti anak harimau karena warna bulunya. Jingga juga seekor kucing yang baik hati, pintar, kreatif, suka menolong, dan senang berbagi.
Teman-teman inilah kisah dua sahabat Senja dan Jingga yang berusaha meraih mimpinya.

“Hai, Senja lihat itu layang-layangnya. Ayo kita kejar.” Berkata lalu berlari Jingga.
“Iya Jingga aku lihat. Ayo kita kejar, tapi tunggu dulu Jingga jangan cepat-cepat.” Senja menjawab dan mengejar Jinga yang meninggalkannya.
“Jingga tunggu aku sebentar.” Senja bicara lagi.
“Hehehe ayo Senja, kamu pasti bisa menyusulku.” Jingga menjawab sambil meledek sahabatnya Senja dengan tertawa.

Mereka mengejar layang-layang yang putus ke dalam hutan. Berlari dan terus berlari. Muka mereka sesekali melihat ke atas mencari dan mengikuti ke mana layang-layang itu pergi dan akan sampai ke bawah. Senja dan Jingga berhenti.

“Yah, layang-layangnya hinggap di atas pohon besar Jingga.” Senja berucap, matanya melihat ke atas menuju arah layang-layang.
“Iya Senja, layang-layangnya tersangkut di atas pohon besar. Aku tidak bisa memanjat pohon itu.” Jingga menjawab, terlihat ia masih berfikir. “Bagaimana kalau kita tunggu saja di sini Senja?” Jingga bertanya.
“Kita tidak tahu kapan layang-layang itu akan turun karena tertiup angin Jingga. Sampai kapan kita harus menunggu?” kata Senja
“Hmmm, Iya kamu benar Senja. Ya sudah kalau begitu kita pulang saja, mungkin bukan rezeki kita.” Jingga berkata lagi.
“Baiklah kalau begitu Jingga, ayo kita pulang saja.” Senja menjawab setuju.

Akhirnya mereka berdua berjalan pulang, menyisir jalan di tepi hutan yang mereka masuki tadi.
Senja berkata tiba-tiba, “Jingga lihatlah, itukan Miau bersama teman-temannya. Ayo kita ke sana menemui mereka.” Senja mengajak Jingga bertemu dengan teman lamanya, teman kecilnya dulu.
“Oh iya Senja, itu Miau. Sudah lama kita tidak berjumpa. Ayo Senja kita ke sana.” Jingga menjawab riang.

“Assalamualaikum, selamat siang teman-teman. Miau apa kabarmu?” Senja memulai percakapan dengan menyapa Miau.
“Waalaikumsalam, selamat siang juga. Hai Senja, Jingga apa kabar kalian? Kalian dari mana? Kabarku baik-baik saja.” Miau Si Kucing Putih menjawab ramah dan bertanya balik.
Dengan mengeluarkan senyum manisnya Senja menjawab, “Syukur Miau kalau kamu baik-baik saja, aku juga demikian. Aku dan Jingga habis mengejar layang-layang ke dalam hutan.”
“Ya Miau. Kita habis mengejar layang-layang yang putus, uhh sayangnya layang-layang itu jatuh di atas pohon tinggi, aku tidak bisa memanjatnya.” Jingga menambahkan.
“Hihihi.” Miau tertawa kecil dan berkata, “Oh begitu Jingga, ya sudah tidak apa-apa Jingga, kita bermain bersama saja di sini.

“Oh iya Senja, Jingga kenalkan ini semua teman-temanku. Ini Snow Adikku, ini Uni Si Kuning, yang sebelahnya Tami Si Hitam Manis, Ini Elang Si Belang, yang sedang mendengarkan musik itu Aro Si Kucing Garong, yang ini Elang dan Ela Si Burung Elang. Kami semua bersahabat, kami Kucing dan Burung Elang yang baik hati.” Miau mengenalkan teman-temannya.
“Teman-teman semua kenalkan, Ini Senja dan yang ini Jingga. Mereka berdua teman kecilku dulu sewaktu aku masih tinggal di hutan sebelah. Mereka kucing yang baik, jujur dan suka menolong sama seperti kita.” Miau menambahkan.
“Hai semuanya, Aku Senja. Aku Jingga. Salam kenal semuanya teman-teman.” Senja dan Jingga mengenalkan dirinya kompak.
“Hai juga Senja dan Jingga. Salam kenal dari kami juga ya.” Uni dan Tami membalas.
“Halo Senja dan Jingga. Kenalkan aku Aro, saya Elang.” Aro dan Elang bersuara. “ “Hai Senja dan Jingga, kenalkan aku Elan dan ini adikku Ela Si Burung Elang. Kami juga bersahabat.”
“Wah, senangnya bisa berkenalan dan bertemu dengan teman-teman semua.” Senja membalas dengan senyuman. Jingga juga terlihat mengeluarkan senyuman manisnya.
Mereka bermain dan berbincang bersama-sama.

Tiba-tiba, Aro menghentikan lagu yang ia dengarkan, lalu berkata,
“Hai teman-teman semua, apakah kalian pernah mendengar mitos pohon pisang ajaib di hutan sebelah? Hutan tempat Senja dan Jingga tinggal. Senja, Jingga apakah kalian tahu tentang mitos itu?” Aro bertanya penasaran.
Sesaat Senja dan Jingga saling berpandangan, belum sempat mereka menjawab Miau berkata lebih dulu, “Aku tidak pernah mendengarnya.”
“Aku juga tidak pernah.” Kata Uni dan Tami kompak.
“Aku pernah mendengar cerita itu sekilas Aro.” Elang berkata penasaran, yang lain terlihat tetap menyimak
“Hmmmm aku hanya mendengar sedikit-sedikit saja Aro dan teman-teman, tapi entahlah cerita itu benar atau tidak.” Senja mencoba menjelaskan.
“Hehehe, Aro kamu tahu dari mana tentang mitos pohon pisang ajaib itu?” Jingga balik bertanya pada Aro.
“Aku pernah mendengar hewan lain di hutan berbicara tentang pohon itu, konon katanya pohon itu tinggi, tidak seperti pohon pisang biasanya dan buahnya sangat enak sekali. Katanya lagi, siapa saja yang berhasil memanjat pohon pisang ajaib dan memakan buah pisang di atas pohon itu, permintaannya akan di kabulkan. Dia akan hebat.” Aro menerangkan dengan yakin.
Teman-temannya mendengarkan dengan penuh rasa penasaran.
“Ah, sudahlah teman-teman jangan di bahas lagi mungkin cerita itu tidak sungguhan.” Aro mengakhiri ceritanya.

“Wah! Hari terlihat mendung, kita harus segera pulang Senja.” Jingga berucap.
“Ya Jingga, ayo kita pulang sekarang.” Senja menjawab.
“Teman-teman kita harus pulang dulu, nanti kita bermain bersama lagi ya.” Senja dan Jingga pamit kepada teman-temannya.
“Hati-hati di jalan ya Senja, Jingga. Sampai bertemu kembali.” Miau mengucapkan salam perpisahan.
“Hati-hati di jalan Senja dan Jingga.” Elan berkata.
“Ya, hati-hati pulangnya Senja dan Jingga.” Uni, Tami, Elang, dan Aro berkata bergantian.
Snow dan Ela terlihat melambaikan tangannya.
“Terima kasih banyak teman-teman semua.” Senja berkata dengan tersenyum manis.
“Kita senang bisa bertemu, bermain bersama teman-teman semua.” Jingga menambahkan sambil menebarkan senyumnya.
“Kalau begitu, kami pamit pulang dulu teman-teman.” Senja dan Jingga berpamitan sambil bersalaman, lalu mereka pergi, kembali ke rumahnya di hutan sebelah.

Tak lama berselang setelah Senja dan Jingga pergi Miau berkata, “Teman-teman mari kita juga pulang ke rumah. Hari sudah mendung, sebentar lagi hujan akan tiba.” Ia mengajak teman-temannya pulang.
“Iya Miau benar, mari kita pulang, lagian hari juga sudah sore.” Elang menambahkan.
“Iya, ayo kita pulang Ibu pasti sudah menunggu.” Ela dan Snow bersuara lembut bergantian.
Teman-teman lain setuju, dan akhirnya mereka semua pulang ke rumahnya masing-masing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  GAMBARAN DIRI GURU PENGGERAK TIGA TAHUN KE DEPAN   Jika disederhanakan dalam dua kata saya ingin terus BELAJAR dan BERBAGI.   As...