Series 1
Bertemu Kawan Lama
Suatu hari di satu
hutan belantara, terlihat dua ekor kucing yang bersahabat sedang berlarian
mengejar layang-layang. Mereka adalah Senja dan Jingga. Senja seekor kucing
perempuan dengan bulu kuning yang harum dan lembut di seluruh tubuhnya. Senja
juga seekor kucing yang baik hati, suka menolong, jujur, perasa, dan setia
kawan. Sahabatnya bernama Jingga. Jingga seekor kucing laki-laki dengan bulu
tiga warna, kuning, hitam dan putih. Banyak yang memanggil Jingga seperti anak
harimau karena warna bulunya. Jingga juga seekor kucing yang baik hati, pintar,
kreatif, suka menolong, dan senang berbagi.
Teman-teman inilah kisah dua sahabat Senja dan
Jingga yang berusaha meraih mimpinya.
“Hai, Senja lihat itu
layang-layangnya. Ayo kita kejar.” Berkata lalu berlari Jingga.
“Iya Jingga aku lihat. Ayo kita kejar, tapi tunggu
dulu Jingga jangan cepat-cepat.” Senja menjawab dan mengejar Jinga yang
meninggalkannya.
“Jingga tunggu aku sebentar.” Senja bicara lagi.
“Hehehe ayo Senja, kamu pasti bisa menyusulku.”
Jingga menjawab sambil meledek sahabatnya Senja dengan tertawa.
Mereka mengejar
layang-layang yang putus ke dalam hutan. Berlari dan terus berlari. Muka mereka
sesekali melihat ke atas mencari dan mengikuti ke mana layang-layang itu pergi
dan akan sampai ke bawah. Senja dan Jingga berhenti.
“Yah, layang-layangnya
hinggap di atas pohon besar Jingga.” Senja berucap, matanya melihat ke atas
menuju arah layang-layang.
“Iya Senja, layang-layangnya tersangkut di atas
pohon besar. Aku tidak bisa memanjat pohon itu.” Jingga menjawab, terlihat ia
masih berfikir. “Bagaimana kalau kita tunggu saja di sini Senja?” Jingga
bertanya.
“Kita tidak tahu kapan layang-layang itu akan turun
karena tertiup angin Jingga. Sampai kapan kita harus menunggu?” kata Senja
“Hmmm, Iya kamu benar Senja. Ya sudah kalau begitu
kita pulang saja, mungkin bukan rezeki kita.” Jingga berkata lagi.
“Baiklah kalau begitu Jingga, ayo kita pulang
saja.” Senja menjawab setuju.
Akhirnya mereka berdua
berjalan pulang, menyisir jalan di tepi hutan yang mereka masuki tadi.
Senja berkata tiba-tiba, “Jingga lihatlah, itukan
Miau bersama teman-temannya. Ayo kita ke sana menemui mereka.” Senja mengajak
Jingga bertemu dengan teman lamanya, teman kecilnya dulu.
“Oh iya Senja, itu Miau. Sudah lama kita tidak
berjumpa. Ayo Senja kita ke sana.” Jingga menjawab riang.
“Assalamualaikum,
selamat siang teman-teman. Miau apa kabarmu?” Senja memulai percakapan dengan
menyapa Miau.
“Waalaikumsalam, selamat siang juga. Hai Senja,
Jingga apa kabar kalian? Kalian dari mana? Kabarku baik-baik saja.” Miau Si
Kucing Putih menjawab ramah dan bertanya balik.
Dengan mengeluarkan senyum manisnya Senja menjawab,
“Syukur Miau kalau kamu baik-baik saja, aku juga demikian. Aku dan Jingga habis
mengejar layang-layang ke dalam hutan.”
“Ya Miau. Kita habis mengejar layang-layang yang
putus, uhh sayangnya layang-layang itu jatuh di atas pohon tinggi, aku tidak
bisa memanjatnya.” Jingga menambahkan.
“Hihihi.” Miau tertawa kecil dan berkata, “Oh
begitu Jingga, ya sudah tidak apa-apa Jingga, kita bermain bersama saja di
sini.
“Oh iya Senja, Jingga
kenalkan ini semua teman-temanku. Ini Snow Adikku, ini Uni Si Kuning, yang
sebelahnya Tami Si Hitam Manis, Ini Elang Si Belang, yang sedang mendengarkan
musik itu Aro Si Kucing Garong, yang ini Elang dan Ela Si Burung Elang. Kami
semua bersahabat, kami Kucing dan Burung Elang yang baik hati.” Miau
mengenalkan teman-temannya.
“Teman-teman semua kenalkan, Ini Senja dan yang ini
Jingga. Mereka berdua teman kecilku dulu sewaktu aku masih tinggal di hutan
sebelah. Mereka kucing yang baik, jujur dan suka menolong sama seperti kita.”
Miau menambahkan.
“Hai semuanya, Aku Senja. Aku Jingga. Salam kenal semuanya
teman-teman.” Senja dan Jingga mengenalkan dirinya kompak.
“Hai juga Senja dan Jingga. Salam kenal dari kami
juga ya.” Uni dan Tami membalas.
“Halo Senja dan Jingga. Kenalkan aku Aro, saya
Elang.” Aro dan Elang bersuara. “ “Hai Senja dan Jingga, kenalkan aku Elan dan
ini adikku Ela Si Burung Elang. Kami juga bersahabat.”
“Wah, senangnya bisa berkenalan dan bertemu dengan
teman-teman semua.” Senja membalas dengan senyuman. Jingga juga terlihat
mengeluarkan senyuman manisnya.
Mereka bermain dan berbincang bersama-sama.
Tiba-tiba, Aro
menghentikan lagu yang ia dengarkan, lalu berkata,
“Hai teman-teman semua, apakah kalian pernah
mendengar mitos pohon pisang ajaib di hutan sebelah? Hutan tempat Senja dan
Jingga tinggal. Senja, Jingga apakah kalian tahu tentang mitos itu?” Aro
bertanya penasaran.
Sesaat Senja dan Jingga saling berpandangan, belum
sempat mereka menjawab Miau berkata lebih dulu, “Aku tidak pernah
mendengarnya.”
“Aku juga tidak pernah.” Kata Uni dan Tami kompak.
“Aku pernah mendengar cerita itu sekilas Aro.”
Elang berkata penasaran, yang lain terlihat tetap menyimak
“Hmmmm aku hanya mendengar sedikit-sedikit saja Aro
dan teman-teman, tapi entahlah cerita itu benar atau tidak.” Senja mencoba
menjelaskan.
“Hehehe, Aro kamu tahu dari mana tentang mitos
pohon pisang ajaib itu?” Jingga balik bertanya pada Aro.
“Aku pernah mendengar hewan lain di hutan berbicara
tentang pohon itu, konon katanya pohon itu tinggi, tidak seperti pohon pisang
biasanya dan buahnya sangat enak sekali. Katanya lagi, siapa saja yang berhasil
memanjat pohon pisang ajaib dan memakan buah pisang di atas pohon itu,
permintaannya akan di kabulkan. Dia akan hebat.” Aro menerangkan dengan yakin.
Teman-temannya mendengarkan dengan penuh rasa penasaran.
“Ah, sudahlah teman-teman jangan di bahas lagi
mungkin cerita itu tidak sungguhan.” Aro mengakhiri ceritanya.
“Wah! Hari terlihat
mendung, kita harus segera pulang Senja.” Jingga berucap.
“Ya Jingga, ayo kita pulang sekarang.” Senja
menjawab.
“Teman-teman kita harus pulang dulu, nanti kita
bermain bersama lagi ya.” Senja dan Jingga pamit kepada teman-temannya.
“Hati-hati di jalan ya Senja, Jingga. Sampai
bertemu kembali.” Miau mengucapkan salam perpisahan.
“Hati-hati di jalan Senja dan Jingga.” Elan berkata.
“Ya, hati-hati pulangnya Senja dan Jingga.” Uni,
Tami, Elang, dan Aro berkata bergantian.
Snow dan Ela terlihat melambaikan tangannya.
“Terima kasih banyak teman-teman semua.” Senja
berkata dengan tersenyum manis.
“Kita senang bisa bertemu, bermain bersama
teman-teman semua.” Jingga menambahkan sambil menebarkan senyumnya.
“Kalau begitu, kami pamit pulang dulu teman-teman.”
Senja dan Jingga berpamitan sambil bersalaman, lalu mereka pergi, kembali ke
rumahnya di hutan sebelah.
Tak lama berselang setelah
Senja dan Jingga pergi Miau berkata, “Teman-teman mari kita juga pulang ke
rumah. Hari sudah mendung, sebentar lagi hujan akan tiba.” Ia mengajak
teman-temannya pulang.
“Iya Miau benar, mari kita pulang, lagian hari juga
sudah sore.” Elang menambahkan.
“Iya, ayo kita pulang Ibu pasti sudah menunggu.”
Ela dan Snow bersuara lembut bergantian.
Teman-teman lain setuju, dan akhirnya mereka semua
pulang ke rumahnya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar